Rumah Singgah Peduli Kota Bandar Lampung Foto

Lokasi Rumah Singgah Peduli Cabang Lampung:

Jl. Teuku Umar No. 47 Gang Buntu RT.001 LK.I Kel.Penengahan , Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung (Seberang Korem)

Call Center: 081221857739 (Telp/Whatsapp)

Anda tahu tidak, para pasien dan keluarganya yang berasal dari luar kota itu menginap di mana selama mereka berobat di Jakarta atau kota-kota besar lainnya di Indonesia. Ya betul, mereka yang tidak mampu untuk membayar penginapan atau menyewa kontrakan sementara biasanya akan tinggal di rumah singgah.  Ada beberapa pasien pedulisehat yang saat ini sedang menghabiskan hari-harinya di salah satu rumah singgah yang ada di Jakarta, namanya Rumah Singgah Peduli.

Beberapa hari yang lalu, Tim pedulisehat mengunjungi salah satu cabang terbesar Rumah Singgah Peduli di daerah Kramat, Jakarta Pusat. Kami mewawancarai koordinator Rumah Singgah Peduli Jakarta Pusat yang bernama Bapak Hendi. Beliau sendiri sangat terbuka dan senang menerima kunjungan kami di rumah singgahnya, sekalian kami juga ingin menjenguk beberapa campaigner kami yang menginap di sana. Tim pedulisehat sedih dengan keadaan para pasien yang ada di sana, apalagi mereka berada di kota yang sama sekali tidak mereka kenali, namun beruntung ada para volunteer atau relawan Rumah Singgah Peduli yang senantiasa menolong mereka selama berobat di sini.

Rumah Singgah Peduli berdiri sejak 8 tahun yang lalu, yaitu pada tahun 2010. Berawal dari pengalaman teman-teman Bapak Hendi yang harus menemani orang tuanya berobat di ibukota, mereka tidak tahu harus menginap di mana, pasti selalu berpindah-pindah tempat, bahkan mereka pernah tidur di pos-pos satpam. Tidak hanya sebentar, mereka harus berpindah-pindah tempat untuk menginap selama berbulan-bulan di Jakarta. Akhirnya, tercetuslah ide untuk menyediakan tempat tinggal bagi para pasien dan keluarganya yang tidak mampu, yang biasanya disebut rumah singgah.

Komunitas ini awalnya hanya memiliki satu rumah singgah saja, namun perlahan-lahan hingga sekarang, mereka sudah memiliki 8 cabang rumah singgah yang ada di seluruh Indonesia. Meskipun hanya rumah petakan yang disewa, karena mereka belum memiliki dana untuk membeli rumah, tetapi Rumah Singgah Peduli ini sudah bisa membantu sekitar 547 pasien selama 8 tahun di seluruh Indonesia, baik itu yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Cabang-cabangnya saat ini sudah ada 3 di Jakarta, masing-masing 1 rumah singgah di kota Lampung, Surabaya, Semarang, Bali, dan sedang proses di kota Bandung, serta dalam tahap perancanaan di Makassar juga Palembang.

Biasanya yang kita tahu orang-orang baik yang ada dibalik komunitas sosial seperti ini terdiri dari banyak volunteer. Rumah Singgah Peduli sendiri sudah memiliki kurang lebih 250 relawan di seluruh Indonesia, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak, mereka datang dan pergi. Wajar, karena para relawan yang diterima di sini hanya relawan yang memiliki pekerjaan, kalau bisa tidak penggangguran bangetlah. Bapak Hendi sendiri memiliki 2 usaha di Lampung, sehingga beliau harus membagi waktunya, 4 hari menyediakan waktu untuk keluarganya yang ada di Rumah Singgah Jakarta Pusat, 3 hari beliau habiskan bersama keluarganya di Lampung. "Bahkan saya lebih sedikit menyediakan waktu buat keluarga saya yang ada di Lampung, saya lebih banyak menghabiskan waktu dengan keluarga yang ada di sini", ucapnya sambil tertawa kecil kepada kami.

Kemauan dan ketulusan Bapak Hendi dan kawan-kawan volunteer dari Komunitas Peduli Generasi (nama komunitas khusus para volunteer dari Rumah Singgah Peduli) ini patut kita acungi jempol. Bisa dibilang mereka ini keren banget, mau menolong orang-orang sakit yang tidak cukup dana untuk membayar penginapan atau menyewa rumah kontrakan di kota-kota lokasi untuk berobat.

Namun, setiap hal yang direncanakan tidak selamanya akan berjalan dengan mulus, begitu pula dengan Rumah Singgah Peduli ini. Kesulitan terbesar dan yang paling sering mereka harus hadapi adalah masalah akomodasi. Jika ada pasien yang butuh diantar, tidak ada transportasi yang layak di setiap cabang rumah singgah. Atau, kalau ada jenazah yang harus dikirim kembali ke kampung halamannya, ke luar kota atau ke luar pulau, dan keluarga jenazah tidak punya dana yang cukup. Solusinya mereka hanya minta bantuan kepada teman-temannya melalui telepon atau WhatsApp, atau terkadang mereka akan pinjam uang juga.

Rintangan lainnya, yaitu sembako, saat ketersediaan sembako di masing-masing rumah singgah sudah mulai habis. Untungnya selalu saja ada pertolongan dari para donatur yang menyumbangkan kebutuhan sehari-hari. "Tuhan cukupkan ketika kami butuh. Sampai sekarang Tuhan jamin kita tidak akan kelaparan. Ketika Anda menggantungkan harapan kepada-NYA, Anda pasti tidak akan kecewa", kata Bapak Hendi tersenyum.

Dana-dana untuk biaya operasional yang harus Rumah Singgah Peduli keluarkan juga didapatkan dari pemerintah, ada juga bantuan CSR (Corporate Social Responsibility) dari beberapa perusahaan ternama di Indonesia, sisanya dari para donatur yang selalu ada setiap dibutuhkan. Begitu banyak orang baik yang ada di sekitar kita. "Harapan kami di tahun depan, kami sudah bisa membeli rumah yang akan dijadikan sebagai rumah singgah tetap, jadi kami tidak menyewa-nyewa lagi. Saat ini sudah proses 1 rumah yang mana ada 1 donatur yang sudah siap membantu pendanaannya", lanjut Bapak Hendi. Sama-sama kita doakan agar harapan dari kawan-kawan Rumah Singgah Peduli ini dapat segera terlaksanakan.

Cerita Bapak Hendi dari Rumah Singgah Peduli ini pastinya sangat menginspirasi bagi kita semua. Semoga membuat Anda sekalian tergerak untuk menolong sesama yang membutuhkan. Karena menolong orang-orang itu tidak sulit, Anda pun juga bisa seperti mereka, para relawan dari Rumah Singgah Peduli, menjadi bagian dari #InsanPeduli untuk #BersamaRingankanLara pasien-pasien yang tidak mampu. .

Mari selalu sebarkan kebaikan kepada semua orang yang ada di dunia, selamat merayakan Hari Natal dan menyambut Tahun Baru 2019. Semoga kita semua sehat sentosa di tahun 2019 ini.

Lihat Sosbud Selengkapnya

Rumah Singgah Peduli Lampung

Dan, di Lampung, ternyata ada pula Komunitas Peduli Generasi Lampung, Yayasan Rumah Singgah Peduli Lampung. Jadi, Rumah Singgah Peduli Lampung adalah salah satu program Komunitas Peduli Generasi. Sekelompok masyarakat yang peduli dengan derita penyakit yang dialami masyarakat lain, menumbuhkan rasa kasih sayang terhadap sesama, dan memahami bahwa menyelamatkan generasi adalah hal yang penting dalam kehidupan.

Rumah Singgah ini diperuntukkan bagi pasien BPJS kelas 3 yang berasal dari luar kota Bandar Lampung yang sedang berobat jalan di rumah sakit. Tersedia kamar untuk pasien dan maksimal 2 pendamping pasien dengan fasilitas yang lumayan lengkap layaknya rumah pada umumnya, seperti beberapa kamar tidur, kamar mandi, dapur dengan peralatan masak, mesin cuci, tempat jemur pakaian, kulkas, televisi, cctv, kursi roda, hingga mobil ambulans untuk antar jemput pasien. Kadang-kadang pun ada baju bekas layak pakai. Pasien yang menggunakan pampers juga bisa mendapatkan pampers.

Memang kondisi Rumah Singgah Peduli Cabang Lampung tidak mewah, tapi dibuat bersih, senyaman mungkin, dan semua fasilitas yang didapat bersifat gratis! Paling hanya iuran 10 ribu untuk makan. Itu pun lebih sering dapat makan dan susu gratis. Sangat memudahkan para pasien kelas bawah dalam biaya.

Untuk bermalam di Rumah Singgah Peduli pun tidak perlu antri seperti film yang saya tonton. Selama pasien membutuhkan tempat tinggal sembari menunggu waktu berobat, seperti untuk check up atau terapi, pasien bebas hendak berapa lama menginap. Karena memang sebenarnya mereka punya tempat tinggal di wilayah lain, tapi untuk memudahkan selama berobat jalan di rumah sakit yang ada di wilayah Bandar Lampung daripada bolak balik yang membutuhkan biaya tambahan atau memakan waktu selama menempuh perjalanan.

Selama pasien bukan penderita penyakit menular serta melampirkan fotokopi KTP, BPJS, KK, surat keterangan tidak mampu, dan surat keterangan rujukan dari Pusat Kesehatan setempat atau rumah sakit, pasien dan pendampingnya bisa menginap di Rumah Singgah. Harus ada pendamping ya untuk menginap di Rumah Singgah, untuk membantu kegiatan sehari-hari pasien selama tinggal di sana. Karena relawan Yayasan Peduli Generasi yang juga disebut Komunitas Peduli Generasi banyak yang anak muda (tenaga medis, pekerja kantoran, mahasiswa) dan tidak banyak yang menginap di Rumah Singgah.

Selain di Lampung, Rumah Singgah Peduli juga ada di kota lain, seperti Medan, Semarang, Jakarta, Surabaya, Palembang, Bali, dan Bandung. Untuk kegiatan Rumah Singgah Peduli diantaranya:

Iis Uswatun Hasanah: Berkontribusi untuk Sesama

Berawal dari Komunitas Peduli Generasi Lampung tahun 2010, kemudian membentuk Rumah Singgah Cabang Bandar Lampung pada tahun 2012 hingga kini, sudah ratusan pasien yang terbantu. Tentu, salah satu faktor kontinuitas kegiatan adalah adanya relawan. Salah satu relawan berprestasi Rumah Singgah Cabang Lampung adalah Iis Uswatun Hasanah. Dedikasinya menjadi relawan bidang kesehatan yang mengelola Rumah Peduli Lampung meraih apresiasi Rumah Peduli Award 2023 sebagai Koordinator Rekrutmen Relawan Terbaik dan Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards tahun 2023 mewakili Provinsi Lampung di Bidang Kesehatan.

Perempuan yang juga berperan sebagai bendahara Duta Damai Lampung ini aktif menjalin relasi dengan aneka mitra, terutama yang bisa membuat Rumah Singgah Peduli Cabang Lampung semakin lengkap fasilitasnya dan lebih nyaman untuk para pasien. Penghargaan yang didapatnya pastinya membanggakan dirinya dan banyak pihak, menginspirasi bagi yang melihatnya, tetapi ia merasa perjuangan masih panjang dan dirinya akan terus aktif peduli dengan ketulusannya.

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

Rumah tersebut beralamat di Jalan Sam Ratulangi, RT 08 Lingkungan 02 Kelurahan Penengahan, Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung.

Tempat itu dikenal dengan nama Rumah Singgah Peduli Cabang Lampung dengan slogan "We Care, We Do, We Share".

Para pasien yang tinggal di rumah ini merupakan pasien yang sedang menunggu jadwal seperti checkup ataupun terapi di beberapa rumah sakit yang ada di wilayah Bandar Lampung, seperti Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek (RSUAM), Rumah Sakit Bintang Amin, dan lainnya.

Ketika melongok ke dalam rumah singgah tersebut akan merasakan layaknya rumah hunian biasa dan terasa nyaman dengan beragam fasilitas mulai kamar tidur, kamar mandi, dapur lengkap peralatan masak, dan tempat jemuran pakaian.

• Dengan Kondisi Memprihatinkan, Dua Bocah yang Ditinggal Ayah Ibu Itu Dibawa ke Rumah Singgah

Fasilitas pendukung lainnya mulai dari mesin cuci, kulkas, televisi, bahkan hingga CCTV sebagai perlindungan keamanan.

Terdapat juga dua unit mobil ambulance yang disediakan untuk antar jemput pasien yang mengalami keadaan darurat.

Wagirin (32), asal Desa Limus, Kecamatan Pematang Sawah, Tanggamus, mengaku sudah tinggal di Rumah Singgah selama enam hari.

"Ya dari hari Selasa (19/2) lalu tinggal di sini soalnya mau pulang sangat jauh. Jalan mau menuju ke kampung terputus karena harus naik perahu dari pantai Kota Agung dan harus menempuh selama tiga jam untuk sampai ke rumah," tuturnya.

Wagirin mengalami luka bakar akibat terkena setrum pada bagian lengan sebelah kanannya saat di rumah orangtuanya.

Ia mengaku sudah sebanyak tiga kali menjalani operasi di Rumah Sakit Bintang Amin.

"Sekarang ini lagi nunggu jadwal terapi dan keputusan dokter besok untuk jadwalnya," katanya.

Oleh karenanya, ia sudah jauh-jauh hari datang ke Bandar Lampung dan memanfaatkan fasilitas layanan Rumah Singgah Peduli Cabang Lampung.

"Ya kita kan kurang mampu makanya kita tinggal di sini. Dan Alhamdulillah terbantu sekali karena fasilitas kan lengkap dan tidak dipungut biaya untuk tinggal di sini," paparnya.

Pendamping pasien, Wayan Suanda (53), warga Rumbia, Lampung Tengah, menuturkan, dirinya sengaja mampir untuk bermalam di Rumah Singgah karena mengantarkan anak ketiganya, Nyoman Ayu Nuryani (11), yang mengalami kelainan darah yang sudah berjalan lima tahun.

Saya pernah menonton film, di dalamnya bercerita tentang bapak bersama anaknya yang masih kecil tidak mempunyai rumah. Tidurnya di rumah singgah yang harus antri setiap hari. Dan, jika tidak kebagian, mereka akan tidur di toilet stasiun. Itu yang saya ingat. Karena sudah lama sekali saya nontonnya. Tapi saya masih ingat betapa tidak teganya saya menonton mereka bertahan tanpa tempat tinggal. Itu alhamdulillahnya mereka sehat, apalagi kalau sakit ya. Waduh, makin tidak terbayang bagaimana!

Kemudian, beberapa tahun lalu, saya pernah berkunjung ke rumah singgah di Jakarta yang isinya para pasien yang harus berobat jalan. Saya senang sekali tahu adanya rumah singgah ini. Karena bermanfaat sekali untuk para pasien tidak mampu selama pengobatan bolak balik ke rumah sakit.